SIAL, AKU SUDAH DEWASA
Aku dipaksa dewasa, dengan segala labelisasi makhluk sosial bahwa dewasa itu harusnya tidak begini, harusnya tidak begitu, dewasa itu harusnya seperti ini,
Aku dipaksa dewasa, terpaksa meninggalkan kebiasaan naik ke punggung bapak, lalu berlindung di dekapnya kala sekitar begitu menggambarkan seram
Aku dipaksa dewasa, terpaksa meninggalkan kecupan iibu dikening, tepat sebelum tidur lalu dido'akan supaya mimpi yang indah indah saja
Aku dipaksa dewasa, terhindar dari segala bentuk pertengkaran kecil dengan kakak
Aku dipaksa dewasa, rasanya masik asyik menonton kartun sambil menunggu bapak sepulang kerja
Aku dipaksa dewasa, rasanya masih asyik menggandeng lengan ibu ketika pergi di keramaian
Aku dipaksa dewasa, masih terngiang tangisku sendiri kala jatuh bangun belajar sepeda
Aku dipaksa dewasa, padahal surau tempatku mengaji masih melambai meminta dikunjungi
Aku dipaksa dewasa, padahal masih ingin menikmati masa bermain peran bersama dua sampai tiga boneka di sekeliling
Aku dipaksa dewasa, padahal kawan dari dunia khayalku rasanya masih minta ditemani
Aku dipaksa dewasa, padahal masih ingin mengkoleksi gift dari agar-agar yang kubeli satu pcs penuh di supermarket
Aku dipaksa dewasa, meninggalkan rumah dan kehilangan jalan pulang
Aku dipaksa dewasa, padahal anak kecil di dalam diri ini jelas jelas masih ada
Aku dipaksa dewasa, lalu belajar menjadi ibu untuk diri sendiri
Komentar
Posting Komentar